Kutipan
Berita
Analisis
Pengguna
24/7
Kalender Ekonomi
Pendidikan
Data
- Nama
- Nilai Terbaru
- Sblm.
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S:--
P: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S:--
P: --
S:--
P: --
S:--
P: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
S:--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
--
P: --
S: --
Tidak Ada Data Yang Cocok
Opini Terbaru
Opini Terbaru
Topik Populer
Untuk mempelajari dinamika pasar dengan cepat dan mengikuti fokus pasar dalam 15 menit.
Di dunia umat manusia, tidak akan ada pernyataan tanpa pendirian apa pun, dan tidak akan ada ucapan tanpa tujuan apa pun.
Inflasi, nilai tukar, dan perekonomian membentuk keputusan kebijakan bank sentral; Sikap dan perkataan pejabat bank sentral juga mempengaruhi tindakan para pedagang pasar.
Uang membuat dunia berputar dan mata uang adalah komoditas permanen. Pasar forex penuh dengan kejutan dan ekspektasi.
Kolumnis Teratas
Nikmati kegiatan menarik, di sini di FastBull.
Berita terbaru dan peristiwa keuangan global.
Saya memiliki pengalaman 5 tahun dalam analisis keuangan, terutama dalam aspek perkembangan makro dan penilaian tren jangka menengah dan panjang. Fokus saya terutama pada perkembangan Timur Tengah, pasar negara berkembang, batu bara, gandum, dan produk pertanian lainnya.
Saya bekerja sebagai analis di perusahaan broker forex ternama dan telah berkecimpung di industri keuangan selama 10 tahun, melibatkan forex, futures dan saham. Saya sangat ahli dalam menganalisis dan menginterpretasikan pasar menggunakan data fundamental.
Terbaru
Peringatan Risiko dalam Perdagangan Saham HK
Terlepas dari kerangka hukum dan peraturan Hong Kong yang kuat, pasar sahamnya masih menghadapi risiko dan tantangan yang unik, seperti fluktuasi mata uang karena patokan dolar Hong Kong terhadap dolar AS dan dampak perubahan kebijakan dan kondisi ekonomi Tiongkok daratan terhadap saham Hong Kong.
Biaya dan Pajak Perdagangan Saham HK
Biaya perdagangan di pasar saham Hong Kong meliputi biaya transaksi, bea materai, biaya penyelesaian, dan biaya konversi mata uang untuk investor asing. Selain itu, pajak mungkin berlaku berdasarkan peraturan setempat.
Industri Barang Konsumsi Non-Pokok HK
Pasar saham Hong Kong mencakup sektor konsumsi non-esensial seperti otomotif, pendidikan, pariwisata, katering, dan pakaian jadi. Dari 643 perusahaan yang terdaftar, 35% berasal dari Cina daratan, yang merupakan 65% dari total kapitalisasi pasar. Dengan demikian, pasar ini sangat dipengaruhi oleh ekonomi Tiongkok.
Industri Real Estat HK
Dalam beberapa tahun terakhir, pangsa sektor real estat dan konstruksi di indeks saham Hong Kong telah menurun. Namun demikian, pada tahun 2022, sektor ini masih memiliki sekitar 10% pangsa pasar, yang mencakup pengembangan real estat, teknik konstruksi, investasi, dan manajemen properti.
Hongkong, China
Vietnam Ho Chi Minh
Dubai, UAE
Nigeria Lagos
Kairo Mesir
Label putih
Data API
Web Plug-ins
Program Afiliasi
Lihat Semua
Tidak ada data
Tidak Masuk
Masuk untuk mengakses lebih banyak fitur
Anggota FastBull
Belum
Pembelian
Masuk
Daftar
Hongkong, China
Vietnam Ho Chi Minh
Dubai, UAE
Nigeria Lagos
Kairo Mesir
Label putih
Data API
Web Plug-ins
Program Afiliasi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada awal perdagangan hari ini. Jumat (20/12) pukul 09.13 WIB, IHSG menguat 25,343 poin atau 0,36% ke 7.002,581.
Penguatan IHSG disokong sebagian besar indeks sektoral. Indeks dengan penguatan terbesar dicetak IDX Sektor Energi yang menguat 1,18% di pagi ini.
Disusul, IDX Sektor Properti dan Real Estate, IDX Sektor Barang Baku, IDX Sektor Infrastruktur dan IDX Sektor Transportasi dan Logistik.
Berikutnya, IDX Sektor Barang Konsumen Non-Primer, IDX Sektor Barang Konsumen Primer, IDX Sektor Teknologi dan IDX Sektor Keuangan.
Sementara itu, IDX Sektor Kesehatan menjadi sectoral dengan pelemahan terdalam setelah turun 0,02% di awal perdagangan. Kemudian ada IDX Sektor Perindustrian.
Top gainers LQ45 pagi ini terdiri dari:
Top losers LQ45 pagi ini adalah:
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali merosot untuk keempat hari secara berturut-turut.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) IHSG terpangkas 100,88 poin atau urun 1,39% ke level 7.157,73 pada penutupan perdagangan Selasa (17/12/2024).
Sepanjang perdagangan IHSG tertekan di zona merah dengan 441 saham ditutup turun, 157 saham naik dan 188 saham lainnya stagnan.
Total volume perdagangan saham di BEI mencapai 18,58 miliar dengan nilai transaksi Rp 11,80 triliun.
Investor asing Kembali mencatatkan net sell jumbo sebesar Rp 1,63 triliun di seluruh pasar.
Akumulasi net sell asing dalam sepekan tembus Rp 3,62 triliun.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk masih masuk top net sell asing pada Selasa seperti yang terjadi pada beberapa pekan terakhir.
Berikut 10 saham net sell asing pada Selasa:
1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 666,48 miliar2. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 407,78 miliar3. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp 145,54 miliar4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 127,08 miliar5. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Rp 62,47 miliar6. PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 54,35 miliar7. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp 37,15 miliar8. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp 36,11 miliar9. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 28,37 miliar10. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp 22,94 miliar
Pasar saham sedang dalam tekanan kuat menjelang tutup tahun 2024. Tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambruk dalam empat perdagangan beruntun.
IHSG tersungkur ke posisi 7.157,73 setelah anjlok 1,39% pada perdagangan Selasa (17/12). Arus dana keluar dari investor asing (capital outflow) masih mengalir deras. Asing melancarkan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 1,63 triliun di seluruh pasar.
Sejalan dengan itu, seluruh indeks saham rontok. Tak terkecuali indeks sektoral yang biasanya diidentifikasi sebagai saham defensif, seperti sektor barang konsumsi primer maupun kesehatan yang masing-masing turun 1,51% dan 0,26%.
Praktisi Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto mengamati tekanan pasar yang menyeret jatuh IHSG mendorong terjadinya panic selling. Dalam situasi ini, tekanan bisa menjalar ke berbagai sektor saham.
"Karena panic selling, semua bisa kena," kata William kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menambahkan, dalam kondisi sekarang pelaku pasar mesti lebih jeli mencermati sentimen yang mengiringi masing-masing saham atau sektornya.
"Karena bisa jadi, saham defensif sedang tidak defensif jika sentimennya masih negatif," imbuh Azis.
Junior Research Analyst Panin Sekuritas, Sarkia Adelia Lukman menimpali, saham defensif umumnya merujuk pada emiten atau sektor bisnis dengan kinerja cenderung stabil di tengah ketidakpastian ekonomi dan pasar. Meski ikut terpapar, tapi dampaknya lebih rendah ketimbang sektor yang lain.
"Secara mingguan kedua indeks tersebut (sektor barang konsumsi primer dan kesehatan) memang melemah. Namun kalau ditarik secara bulanan, masih positif," kata Sarkia.
Hanya saja, sentimen negatif lebih banyak mengepung pasar di pengujung tahun ini. Dus, sektor saham defensif pun ikut tertekan. Sarkia mencontohkan ada empat sentimen yang saat ini menekan sektor barang konsumsi dan kesehatan.
Pertama, harga bahan baku yang relatif masih tinggi. Kedua, berlanjutnya pelemahan daya beli. Ketiga, sentimen dari kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% mulai tahun 2025. Keempat, kondisi pengetatan di industri asuransi dan jaminan kesehatan.
Pada saat yang sama, para investor masih berhati-hati menatap tahun 2025. Di tengah ketidakpastian ekonomi yang masih membayangi, arah kebijakan moneter global juga tampak tidak akan selonggar perkiraan sebelumnya.
Chief of Economist NH Korindo Sekuritas Indonesia Ezaridho Ibnutama turut menyoroti sentimen dari kenaikan PPN menjadi 12%. Secara umum, kebijakan perpajakan akan cenderung menekan kelas menengah, dan bisa berdampak ke berbagai sektor.
Ezar menilai emiten di bisnis kesehatan, farmasi, utilitas dasar, barang konsumsi primer dan telekomunikasi masih bisa dikategorikan sebagai saham defensif. Tapi, dalam kondisi saat ini pelaku pasar mesti lebih selektif.
Cermati emiten yang punya real market secara business to business maupun business to consumer, dan kombinasikan dengan analisa teknikal. Ezar menaksir, saham defensif yang masih berpotensi bullish berada di bisnis pangan seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Bisi International Tbk (BISI).
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menyarankan untuk mengambil posisi wait and see terlebih dulu sampai ada sinyal pemulihan yang jelas. Apalagi tekanan di pasar saham saat ini juga disebabkan oleh capital outflow yang masih kencang.
Setelah situasi pasar membaik, Ekky menyarankan untuk mengakumulasi saham defensif secara selektif. Ekky melirik saham di sektor konsumsi primer seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) untuk target harga Rp 9.000-Rp 9.200 dan Rp 14.000.
Saham lain yang bisa diperhatikan adalah CPIN, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT). Sementara itu, Azis juga menjagokan saham ICBP dengan target harga Rp 14.900.
Sedangkan William menyarankan agar pelaku pasar fokus mencermati sentimen dan momentum teknikal pada masing masing saham, dengan indikasi saham yang masih dalam tren menguat atau koreksi terbatas. William melirik saham INDF dan PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO).
Sementara Sarkia menyodorkan saham perbankan, poultry, consumer goods dan rumah sakit. Saham pilihan Sarkia adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), JPFA, ICBP, MYOR, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan awal pekan ini.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) IHSG melemah 0,90% atau terpangkas 66,15 poin ke level 7.258,63 pada penutupan perdagangan Senin (16/12/2024).
Sepanjang perdagangan IHSG bergerak di zon merah dengan total 442 saham turun, 159 saham naik dan 193 saham lainnya stagnan.
Investor asing Kembali membukukan net sell atau jual bersih sebesar Rp 621,66 miliar.
Saham PT Bank Mandiri Tbk dan Gojek Tokopedia masuk daftar saham yang banyak diburu asing di awal pekan ini.
Berikut 10 saham net buy terbesar asing pada Senin:
1. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp 105,61 miliar2. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 45,73 miliar3. PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp 28,49 miliar4. PT Astra International Tbk (ASII) Rp 25,23 miliar5. PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 20,85 miliar6. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) Rp 20,28 miliar7. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) Rp 14,75 miliar8. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp 12,77 miliar9. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Rp 10,31 miliar10. PT Darma Henwa Tbk (DEWA) Rp 8,76 miliar
Sentimen window dressing belum bisa mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjelang tutup tahun 2024. Arus dana dari investor asing pun belum stabil mengalir ke pasar saham Indonesia.
Setelah sempat mendaki setinggi 3,77% pada pekan pertama Desember, IHSG berbalik melemah 0,79% sepanjang pekan lalu. Hasil ini membawa IHSG ke posisi 7.324,78 sampai dengan Jumat (13/12).
Investor asing pun berbalik posisi secara mingguan. Dari sebelumnya beli bersih (net buy) Rp 1,07 triliun menjadi jual bersih (net sell) senilai Rp 2,70 triliun di seluruh pasar pada pekan lalu.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengamati IHSG tertekan oleh arus dana keluar (capital outflow) pada saham berkapitalisasi pasar besar (big caps), khususnya di sektor perbankan. Sentimen lain yang menekan pasar adalah nilai tukar rupiah yang kembali terdepresiasi.
Kurs Jisdor merosot ke Rp 15.987 per dolar Amerika Serikat (AS) hingga Jumat (13/12), sedangkan di pasar spot sudah menyentuh level Rp 16.000 per dolar AS. Dalam situasi ini, sorotan pelaku pasar selama sepekan ke depan akan tertuju pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) dan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed.
RDG BI dan FOMC The Fed akan digelar pada tanggal yang sama, 17 Desember - 18 Desember 2024. Kedua agenda tersebut akan menentukan arah suku bunga acuan, yang menjadi sentimen penting bagi pasar saham di penghujung tahun ini.
Ratih menaksir The Fed berpotensi memangkas suku bunga sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,25% - 4,5% pada FOMC tersebut. Sedangkan BI lebih berpeluang menahan suku bunga (BI-Rate) pada level 6%.
"Proyeksi BI-Rate tetap pada pertemuan Desember 2024, bertujuan untuk menopang rupiah yang kembali menyentuh level Rp 16.000 per dolar AS," terang Ratih kepada Kontan.co.id, Minggu (15/12).
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani mengamini, berdasarkan FedWatch Market Tool, probabilitas The Fed memangkas suku bunga pada FOMC kali ini mencapai 96%. Konsensus pasar juga sudah mengantisipasi penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 bps.
Dimas turut melihat BI lebih berpeluang menahan suku bunga, di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mencapai sekitar 2% sejak 1 November 2024. Hal ini akan memperbesar selisih (spread) antara Fed Rate dan BI-Rate.
"Harapannya meningkatkan uang masuk ke Indonesia karena return yang lebih besar dan menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," jelas Dimas.
Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi mengamati pelaku pasar sudah mulai mem-priced in dengan sentimen pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps. Tapi di sisi lain, investor juga mencermati arah kebijakan The Fed ke depan pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.
"Kekhawatiran intervensi serta kebijakan tarif menjadikan ketidakpastian kembali meningkat, bahkan juga ada potensi slower pace untuk pemangkasan suku bunga di tahun depan," ungkap Audi.
Berdasarkan FedWatch, The Fed berpeluang memangkas suku bunga hanya sebesar 50 bps pada tahun 2025. Audi menyoroti, hal ini bisa membawa volatilitas arus dana dari investor asing menjadi lebih kencang.
"Kekhawatiran inflasi yang dapat meningkat kembali dan easing policy yang lebih lambat dari ekspektasi pasar cenderung membuat ketidakpastian di pasar saham," imbuh Audi.
Sementara itu, Audi melihat pelaku pasar masih menunggu sikap dari BI. Audi memandang peluang BI memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps masih terbuka. Jika sejalan, ekspektasi tersebut bisa menjadi sentimen positif untuk pasar.
Ratih menimpali, iklim suku bunga tinggi berpotensi memberikan katalis negatif bagi sejumlah sektor. Seperti perbankan, teknologi, konstruksi, otomotif dan properti. Akibat suku bunga tinggi, daya beli berpotensi turun, debt ratio (debt to equity dan debt to asset) emiten berpotensi meningkat, serta kualitas kredit menurun.
Menimbang dari sentimen arah suku bunga bank sentral, Ratih masih wait and see terhadap laju IHSG dalam sepekan ke depan. Dia memperkirakan IHSG akan bergerak pada level support 7.200 dan resistance 7.440 untuk perdagangan 16 - 20 Desember 2024.
Ratih memprediksi IHSG akan cenderung bergerak sideways dalam rentang 7.300 - 7.500 di sisa tahun ini. Sedangkan Audi menaksir IHSG melaju pada level 7.194 - 7.550 dalam sepekan ke depan, dan berada dalam rentang 7.080 - 7.620 sampai tutup tahun 2024.
Saran Audi, investor bisa mengantisipasi terjadi technical rebound jika IHSG bertahan di atas level psikologis 7.300.
"Sehingga dapat kembali mempertimbangkan saham big caps. Tetapi jika sebaliknya, maka investor dapat lebih untuk hold dengan asumsi penurunan IHSG sudah mulai terbatas," kata Audi.
Praktisi Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto memperkirakan IHSG akan bergerak di area 7.245 - 7.400 untuk sepekan ke depan. Lalu IHSG berada di rentang 7.245 - 7.700 di sisa tahun ini.
William menyarankan wait and see untuk saham bank dan properti yang sensitif terhadap arah suku bunga. Sementara Dimas melirik saham-saham perbankan. Di samping sensitif terhadap keputusan suku bunga, pelaku pasar juga layak memantau pergerakan saham bank untuk mencari peluang di momentum window dressing.
Sebagai pilihan investasi atau trading sepekan ke depan, Audi menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan target harga masing-masing Rp 3.050 dan Rp 7.000.
Pilihan lainnya adalah trading buy PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan target Rp 2.840 dan Rp 5.600. Sementara rekomendasi dari Ratih adalah buy on weakness PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada level Rp 4.100 - Rp 4.150 dengan target di Rp 4.550.
Ratih kemudian menyarankan buy PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Target harga masing-masing berada di resistance Rp 1.180, Rp 2.500 dan Rp 1.550. Sedangkan secara teknikal, William menjagokan ISAT, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Sinar Eka Selaras Tbk (ERAL).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 69,44 poin atau 0,94%ke7.324,78 pada Jumat (13/12). Selama sepekan, IHSG melorot 0,79%.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat, pelemahan IHSG disebabkan aksi profit takingyang dilakukan para investor. Pada dua hari terakhir pekan ini, investor cenderung memutuskan mengamankan dana, karena melihat IHSG gagal melanjutkan penguatannya di level 7.500.
“Sentimen lain, meskipun tidak begitu signifikan, juga berasal dari pelemahan rupiah yang sudah hampir menyentuh level Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS),” ujarnya kepada Kontan, Jumat (13/12).
Dengan sentimen tersebut juga, IHSG diperkirakan masih akan melanjutkan pelemahan pada Senin (16/12). IHSG diestimasikan akan bergerak di rentang 7.257 - 7.400 pada Senin (16/12).
William pun merekomendasikan beli untuk ISAT, FILM, ERAL, dan BREN pada perdagangan Senin (16/12).
VP Marketing, Strategy and Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi melihat, IHSG tertekan keluarnya aliran dana asing. Aksi net sellasing itu mencapai Rp 1,48 triliun di seluruh pasar dan Rp 225,27 miliar pada pasar reguler selama sepekan terakhir.
“Aksi jual asing pada pekan ini didominasi saham perbankan, dengan BBRI dilego asing Rp1,1 triliun, BMRI dilego asing Rp 226,6 miliar,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (13/12).
Sentimen yang memengaruhi kondisi tersebut adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS seiring dengan penguatan indeks dolar AS. Meskipun begitu, masih ada potensi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps pada pertemuan Desember 2024.
“Selain itu, rilis data penjualan eceran domestik yang jauh di bawah ekspektasi pasar dan menjadi bukti tekanan pada permintaan,” paparnya.
Pada perdagangan Senin (16/12), Audi pun memproyeksikan IHSG akan bergerak melemah cenderung terbatas dalam rentang level support7.278 dan resistance7.420.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melanjutkan penurunan pada perdagangan akhir pekan ini.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) IHSG terkoreksi 0,94% atau terpangkas 69,44 poin ke level 7.324,78 pada penutupan perdagangan Jumat (13/12/2024).
Sementara itu, dalam sepekan IHSG terkoreksi 0,79%.
Total volume perdagangan saham di BEI pada Jumat mencapai 18,33 miliar dengan nilai transaksi Rp 12,07 triliun.
Tercatat 397 saham yang turun, 189 saham yang naik dan 206 saham lainnya yang menguat.
Investor asing kembali mencatatkan net sell jumbo sebesar Rp 1,39 triliun di seluruh pasar.
Namun sejumlah saham ini banyak dipungut asing saat IHSG tertekan di perdagangan akhir pekan ini.
Berikut 10 saham net buy terbesar asing pada Jumat:
1. PT Indosat Tbk (ISAT) Rp 103,08 miliar2. PT Astra International Tbk (ASII) Rp 23,27 miliar3. PT MD Entertainment Tbk (FILM) Rp 18,72 miliar4. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) Rp 15,42 miliar5. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Rp 14,14 miliar6. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp 9,42 miliar7. PT ESSA Industries Megah Tbk (ESSA) Rp 7,71 miliar8. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Rp 7,48 miliar9. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp 7,43 miliar10. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Rp 5,66 miliar
Label putih
Data API
Web Plug-ins
Pembuat Poster
Program Afiliasi
Berdagang Instrumen Keuangan Seperti Saham, Mata Uang, Komoditas, Kontrak Berjangka, Obligasi, Dana, Atau Mata Uang Kripto Adalah Perilaku Berisiko Tinggi, Termasuk Kehilangan Sebagian Atau Seluruh Jumlah Investasi Anda, Sehingga Perdagangan Tidak Cocok Untuk Semua Investor.
Anda Harus Melakukan Uji Tuntas Anda Sendiri, Menggunakan Penilaian Anda Sendiri, Dan Berkonsultasi Dengan Penasihat Yang Memenuhi Syarat Saat Membuat Keputusan Keuangan Apa Pun. Konten Situs Web Ini Tidak Ditujukan Kepada Anda, Situasi Keuangan Atau Kebutuhan Anda Juga Tidak Diperhitungkan. Informasi Yang Terdapat Di Situs Web Ini Belum Tentu Tersedia Secara Waktu Nyata, Juga Belum Tentu Akurat. Setiap Pesanan Atau Keputusan Keuangan Lainnya Yang Anda Buat Sepenuhnya Menjadi Tanggung Jawab Anda Dan Anda Tidak Boleh Bergantung Pada Informasi Apa Pun Yang Disediakan Melalui Situs Web. Kami Tidak Memberikan Jaminan Apa Pun Untuk Informasi Apa Pun Di Situs Web Dan Tidak Bertanggung Jawab Atas Kerugian Transaksi Apa Pun Yang Mungkin Timbul Dari Penggunaan Informasi Apa Pun Di Situs Web.
Dilarang Menggunakan, Menyimpan, Menggandakan, Menampilkan, Memodifikasi, Menyebarluaskan Atau Mendistribusikan Data Yang Terdapat Dalam Situs Web Ini Tanpa Izin Tertulis Dari Situs Web Ini. Semua Hak Kekayaan Intelektual Dilindungi Oleh Pemasok Dan Bursa Yang Menyediakan Data Yang Terdapat Di Situs Web Ini.